Monday, September 9, 2013

Bebek VS Matik lagi

Kalau dulu kebanyakan orang sukanya motor bebek sekarang jaman sudah berubah orang sukanya naik skutik. Apa benar? Menurut statistik sih begitu. Pelan-pelan pasar bebek mulai digerogoti oleh skutik. Biarpun awalnya orang banyak mengkritik skutik sebagai motor banci, motornya cewek, boros, dst, kebutuhan akan kendaraan yang fungsional dan mudah dikendarai tak bisa terbantahkan. Tapi apakah pasar motor bebek benar-benar habis? Sebenarnya tidak atau tepatnya belum. Di kota Jakarta yang padat merayap sekalipun motor bebek belum benar-benar musnah. Meski jumlahnya kini mulai sebanding dengan matik, kemampuan bebek sebagai kuda beban belum tergantikan sepenuhnya. Jujur saja bebek yang pada saat masih karburator saja sudah terkenal irit karena per liter bisa tembus 60kpj, kini tambah irit karena sudah mulai menggunakan fuel injection. Kubikasinya pun sudah naik di kisaran 125 tentu ada juga bebek super yang disebut ayam jago karena sampai 150cc. Beberapa sudah mulai aplikasi bagasi helm-in, bahkan sudah ada upaya aplikasi CVT meski akhirnya mati suri.

Tapi ditengah-tengah gempuran matik ada juga rumor yang menghinggapi salah satu ATPM Jepang yang ditenggarai bakal mencoret bebek dari jajaran motornya. Adalah Kawasaki sebagai salah satu ATPM yang memang kurang sukses dengan bebeknya. Konon karena konsumen lebih senang dengan produk motor sports Kawasaki dibanding bebeknya. Bahkan jika sebelumnya Kawasaki pernah akan meluncurkan matik, maka rencana itu tampaknya juga dicoret menyusul ketidaksuksesan bebek Kawasaki. Lantas apa yang menyebabkan bebek Kawasaki tidak sukses? Apakah karena produk bebek Kawasaki jelek? Jika itu kesimpulannya tentulah keliru besar. Selain mutu bebek Kawasaki masih sejajar atau malah diatas sedikit produk bebek ATPM Jepang lainnya, Kawasaki juga sudah berupaya meluncurkan bebek yang inovatif. Selain Kaze yang merupakan entry level kelas Bebeknya, Kawasaki juga menghadirkan ZX 130 yang menjadi satu-satunya bebek dengan tangki bensin di depan. Jadi pengendara tak perlu repot2 buka jok untuk mengisi bensin. Jika ZX yang diberi label baby ninja belum cukup, Kawasaki masih punya Athlete varian bebek monoshock yang bergaya motor laki. Lagi-lagi dengan tangki bensin diluar layaknya motor sports. Sayangnya ke tiga varian ini tidaklah sukses-sukses amat. Minimal dibanding motor sports-nya sambutan konsumen pada bebek Kawasaki boleh dibilang adem ayem. Lantas apa sebabnya?

Sebagai motor, pada masa jayanya dulu bebek adalah motor mayoritas orang Indonesia. ATPM besar macam Honda dan Yamaha cukup sukses mendulang pundi-pundi lewat bebek. Bahkan bebek C-Series Honda sudah dianggap motor klasik yang layak dikoleksi. Yamaha pun memiliki penggemar bebek yang fanatik lewat Jupiternya. Lantas kenapa bebek Kawasaki malah gak laku? Mungkin Kawasaki perlu memahami dulu bagaimana psikologi dan logika konsumen bebek yang ada saat ini. Ketika bebek menjadi mayoritas di pasar motor Indonesia, bisa dibilang sebagian besar konsumennya menggunakan bebek karena tidak ada pilihan (sekarang pun masih begitu). Pengennya punya motor sports tapi apa daya keuangan gak memadai makanya terpaksa pilih bebek. Nah sekarang dengan tingginya persaingan dan banyaknya pilihan orang-orang yang pakai bebek karena terpaksa jumlahnya jadi berkurang banyak. Kenapa harus pilih bebek kalau bisa kredit motor sports, toh sekarang mulai banyak motor sports yang murah ada Thunder, Verza dan TVS naik sedikit ada Pulsar, Vxion, Byson dan bahkan CB. Sebagian besar lagi konsumen bebek tidak puas pakai bebek karena biarpun sudah semi manual, tetep butuh oper gigi, kakinya masih nongkrong di cagakan (yg bentuknya begitu-begitu aja dari jaman dulu... kenapa gak di desain lebih selonjor kaya crusier gitu?), dan ini yang paling bikin KO...ruang naruh barangnya kurang luas. Lho kan sudah helm-in juga. Iya tapi kan kalah sama matik yang punya dek rata (lihat kan matic buat angkut galonan aqua?) jadi masih bisa buat naruh barang bahkan orang. Maka bebek pun kehilangan separo konsumennya lagi. Apalagi harga matik dan bebek sama-sama bersaing ketat di level entry.

Nah di tengah-tengah kondisi seperti itu jika ATPM memaksakan bermain bebek tentunya akan menghadapi pasar yang sangat kejam. Lha sudah konsumennya mengecil ATPM yang perang besar-besar semua. Buat Kawasaki sebagai ATPM yang dulu pernah gulung lapak untuk sementara waktu ya bukan kerjaan gampang. Bisa dilihat di Suzuki ATPM Jepang menengah sekelas Kawasaki yang ngotot bermain bebek, salah strategi sedikit (karena buru-buru mempensiunkan Shogun 110 yang legendaris) pasarnya langsung rontok hingga tinggal menyisakan Satria bukan saja sebagai satu-satunya bebek Suzuki yang masih laku tapi juga satu-satunya produk motor Suzuki yang masih laku (dan ini pun mungkin gak lama lagi abis masanya). Makanya kalau benar Kawasaki mau konsentrasi ke motor sports saja lebih bagus. Ngapain ngotot bertahan di bebek kalau produknya yang laku memang motor sports.

Sisa konsumen bebek itu sekarang adalah orang-orang yang bertahan karena daerah tempat tinggalnya lebih cocok pakai bebek misalnya di daerah yang masih banyak jalan tanahnya tapi kekuatan keuangannya belum cukup buat beli motor sports. Untuk itu mereka akan milih beli bebek entry level. Di sini yang jadi raja tentu Honda dan sisanya jatuh ke Yamaha dan Suzuki. Mereka akan pilih bebek yang gampang di service, tidak harus ke bengkel resmi dan parts KW-nya banyak.

1 comment:

Van D Rider said...

Yaah... Itulah nasib bebek saat ini... Kian tergerus oleh aliran gelombang matic yang tajam. Wkwkwk... Bahasanya mulai lebay saya.
Kalau saya sih prefer bebek, ngga tahu mas Anang.