Sunday, September 29, 2013

Koleksi Jam Warna-Warni


Kalau di tanya kenapa sih sudah jaman begini masih juga koleksi jam atau arloji? Jawaban saya karena saya suka, tapi alasan sebenarnya adalah karena jaman dulu gak kuat beli dan males pake soalnya kuatir di palak atau di jambret....(kayanya kata-kata jambret sinonim dengan jam dan bret artinya dipaksa tarik sampai bunyi bret....hehehehe maksa). Anyway alasan lainnya kenapa baru koleksi jam sekarang adalah jam itu sudah seperti aksesoris yang masih layak dipake cowok tanpa takut dibilang aneh...:-)

Nah makanya jangan heran kalau belakangan saya jadi doyan beli jam alias arloji. Tentunya gak sembarang jam saya beli. Kalau umumnya cowok doyannya pake jam yang dari metal, saya malah enggak tuh. Saya malah carinya jam dari plastik atau silikon yang warna-warni. Trend ini pernah ada jaman 90-an tapi sempat meredup sebelum kembali lagi seperti sekarang. Berikut merk-merk jam warna-warni yang bisa anda cari kalau pengen koleksi seperti saya. Kita mulai dari....



Swatch.
Jam ini adalah mbahnya trend jam warna-warni dari plastik dan silikon. Merupakan upaya terakhir dari Swiss watchmaker yang kewalahan menghadapi jam-jam murah bikinan Jepang di tahun 80-an. Untuk itu sebagai jawaban mereka gak lagi nyoba bikin jam presisi, berharga mahal yang selama ini sinonim dengan Swiss. Mereka mencoba menempatkan jam sebagai fashion statement yang berganti-ganti setiap musim. Untuk itu mereka membuat jam dari plastik berharga ekonomis (relatif) yang di update sesuai musim dan tahun. Nilai ekonomisnya mereka capai dengan menggunakan proses manufaktur modern (bukan hand made seperti dulu) dan supaya gak gampang di palsu dibuat dengan sistem menyatu dengan case. Juga parts yang ada dikurangi supaya tidak kompleks.
Walau demikian daya tahannya cukup mumpuni 

dan berani memberi garansi hingga dua tahun. Kalau jam yang anda beli rusak dalam 2 tahun, bakal di ganti atau di service gratis.  Dari segi desain Swatch paling top dikalangan kolektor jam warna-warni karena desainnya yang unik dan kualitas bahannya. Bahkan ada yang bilang jam Swiss paling murah ya Swatch. Buat Indonesia sih lumayan mahal karena harganya di mulai dari 800 ribu sampai hampir 3 juta-an.

Anda bisa beli jam ini di counter resminya di mal-mal  dan karena distributornya besar (MAP) anda tak perlu khawatir soal kesediaan parts umum. Servicenya include poles gratis karena lensa jam terbuat dari plastik atau mika. Kalau anda khawatir dengan ketahanan bahan plastik anda bisa memilih seri Irony yang terbuat dari metal. Untuk anak-anak ada seri flik-flak sementara untuk wanita ada seri bijoux.









ODM
Kalau desain swatch anda rasakan kurang mainstream anda bisa memilih jam bikinan ODM. Pabrik jam asala Hong Kong ini termasuk yang juga berani urusan desain jam, bisa dibilang ekstrim malah. Selain menggunakan desain dan material yang baru juga teknologi baru macam touch screen. ODM juga bekerjasama dengan beberapa desainer fashion terkemuka seperti JC/DC dan menghadirkan desain monumental seperti 'Lego Watch'. ODM juga berani dalam menggunakan style dan teknologi terbaru misalnya LED warna atau matrix. Pokoknya kalau mau jam yang unik coba deh liat koleksi ODM. Saking seringnya pake teknologi baru desain ODM termasuk yang sulit ditiru, kalau anda mendapatkan KW-nya biasanya pasti ada fitur yang kurang.

Walau demikian mereka yang kurang berani dalam ber-fashion statement sebaiknya tidak pakai ODM karena ukuran casenya besar 3,5 - 4 cm. Warnanya ngejreng banget lagi. Di Indonesia ODM sempat menjadi trend tapi sayang hanya sesaat karena distributornya (yang juga memegang beberapa merk) tidak lagi mempunyai outlet resmi dan lebih memilih konsentrasi di brand yang desainnya lebih kalem. Harga ODM asli pun terbilang cukup tinggi meski kadang ada yang di sale kalau over stock. Buat anda yang kesulitan membeli aslinya karena alasan ekonomis bisa melirik grosir jam di Senen dimana ODM KW masih bisa didapat. Cuma satu pesannya jangan sering dipamerin karena bisa ketauan kalau KW.








ICE
Ice termasuk produsen jam baru di Indonesia, tapi karena cukup agresif brandnya mulai dikenal masyarakat. Penggunaan warna yang berani termasuk seri yang menggunakan warna putih membuat Ice makin cepat populer. Keunikan Ice adalah desainnya di update setiap 2 tahun sekali. Karena masih baru terbilang mudah mengkoleksi Ice. Anda yang suka trend warna putih bisa mengkoleksi Ice. Dari segi durabiltas pun Ice termasuk cukup tinggi karena menggunakan mineral glass bukan plastik. Di counter resminya Ice didapatkan dengan kisaran harga antara 900 - 2 juta-an. Meski desainnya berasal dari Belgia movement (mesin jam) yang digunakan adalah mesin jam dari jepang Miyota. Warna-warna yang digunakan cukup fresh walaupun modelnya banyak yang serupa. Salah satu keunikannya adalah setiap pembelian diberikan kotak jam unik yang bisa digunakan sebagai celengan. Desainnya pun mirip lego.

Sayangnya karena model desain Ice yang cenderung serupa dan sepertinya tidak dilindungi paten banyak sekali model jam lain yang mengikuti gayanya. Kalau anda lihat jam dari Furla bahkan QnQ banyak yang modelnya mirip Ice. Celakanya lagi KW-nya Ice pun sangat mirip, bahkan kalau anda tidak pernah melihat Ice yang asli anda dengan mudah tertipu karena menyangka yang KW sama seperti aslinya. Saran saya kalau memilih Ice usahakan mencari model yang khas seperti Ice atau Ice Sili.







QnQMerk QnQ sudah hadir di Indonesia sejak tahun 80-an, mulanya dikira jam China (memang di manufaktur di China) tapi sebanarnya QnQ adalah anak perusahaan Citizen salah satu pembuat jam asal Jepang. Sehingga walau harganya murah movement yang digunakan adalah Miyota juga. Harga dan banyaknya model menjadi kekuatan QnQ. Untuk mengejar harga kompetitif QnQ hanya menawarkan garansi terbatas dan nyaris tak memiliki serviceable parts. QnQ juga sering dijual tanpa menyertakan packaging apa-apa selain plastik. Makanya banyak yang memandang sebelah mata.

Desain jam warna-warni yang dipilih QnQ banyak yang terinspirasi merk-merk di atasnya. Sehingga kalau anda anti jam KW dari merk terkenal tapi tetap ingin gaya bisa memilih QnQ saja. Belakangan untuk memperbaiki image QnQ melansir QnQ attractive dan grandeux yang menjadi model flagship dengan fitur dan kualitas lebih tinggi dibanding QnQ reguler. Karena murah yang perlu anda perhatikan adalah asli tidaknya jam yang anda beli dan saking banyaknya model yang ditawarkan lebih baik anda download katalognya dari website QnQ yang di update setiap semester. Kisaran harga QnQ antara 100 - 300 ribu saja.

Segitu dulu ya, sebenarnya masih banyak merk lainnya tapi kita bahas segitu dulu deh, lainnya nyusul kalau ada kesempatan.

Sunday, September 22, 2013

Indonesia International Motor Show


Mulai tanggal 19 September kemarin bertempat di Jakarta Expo Kemayoran digelar acara IIMS (Indonesia International Motor Show) 2013. Gelaran pameran mobil (walau ada motor sedikit), biasanya tidak pernah saya sambangi, maklum saya bukan konsumen R4. Namun IIMS kali ini sedikit berbeda karena pameran diramaikan oleh peluncuran LCGC (Low Cost Green Car) salah satu akal-akalan kebijakan pemerintah untuk menjual mobil berharga murah. Murahnya versi pemerintah lho bukan versi rakyat.

Seperti umumnya pameran pengungjung dikenakan tiket masuk yang harganya lumayan fantastis. Enam puluh ribu weekend dan Empat puluh ribu weekdays. Mau lihat barang dagangan kok mbayar ya? Pameran kali ini juga dibarengi ribut-ribut ngambeknya pak Gubernur DKI, gara-gara pemerintah cepat sekali mengeluarkan kebijakan LCGC tapi alot urusan kebijakan transportasi publik. Harap maklum™ Pak Joko soalnya ini kan urusan dagang, sementara soal transportasi publik kan urusan sosial. Cuannya lebih banyak LCGC ketimbang Transportasi publik.

Ketika saya dan istri datang sabtu kemarin ke IIMS bisa ditebak, sama seperti pameran lain berkonsep trade fair, pengunjung lebih banyak ditawari dengan agresif mobil-mobil baru seperti LCGC untuk dibeli ketimbang melihat informasi dan performa masing-masing mobil. Atraksinya lengkap ada mba-mba SPG yang cantik-cantik, ada mas-mas SPB yang ganteng-ganteng. Brosur yang sering kalau di showroom di irit-irit sekarang di umbar bebas. Ada tontonan, ada penawaran menarik buat yang punya uang, dan yang jelas banyak pengunjung yang berduit karena langsung inden

Karena kebetulan kita berdua seleranya adalah city car dan mobil kompak, maka kita lebih cenderung menyimak penampakan (yang nanti akan saya bahas di artikel berikutnya). Mulai dari Karimun Wagon R (yang benar-benar Karimun bukan Karimun palsu kayak MR), Datsun, Brio, Peugeot, Fiat, Smart dan Mini.....kok gak ada Agya dan Ayla? Maaf males liatnya karena nanti juga di jalanan banyak...Hehehehehehe. Lagian daripada ngeliatin Agya dan Ayla mending liat Toyota 86 dan Daihatsu concept car, karena lebih menarik.

Oke segitu dulu sementara sambil nunggu artikel lanjutan bisa liat penampakan model cantik di Fiat 500 ya....


Monday, September 16, 2013

Melanggar....

Kalau kita lihat di forum-forum dan blog atau status FB sering kita lihat pengendara R4 ngamuk-ngamuk berkeluh kesah soal brutalitas pengendara R2 yang tidak taat aturan lalu lintas. Kayaknya munafik ya soalnya kalau lihat gambar ini jelas-jelas pengendara R4 justru jadi pelopor budaya melanggar parah.

Gambar di ambil di Simpang Senen, bisa dilihat sebuah MPV warna silver yang jadi paling depan untuk urusan melanggar. MPV ini bisa sampai ke depan setelah masuk jalur Trans J di sebelah kanan saya kemudian belok ke tengah di Simpang Senen yang traffic lightnya masih berwarna merah. Hebatnya kira-kira 5 meter di sebelah kanan ada Pos Polisi Lantas yang ternyata anggotanya cuek saja melihat pelanggaran ini.


Thursday, September 12, 2013

Forza vs PCX


Sebenarnya tidak cocok membandingkan Forza dengan PCX mengingat selain kubikasinya berbeda target yang disasarpun tidak sama. Jika PCX diposisikan sebagai comuter light cruiser maka Forza sudah masuk dalam kelas full cruiser meskipun termasuk kategori entry level. Namun demikian bagi pasar Eropa dan sedikit Amerika, tempat dimana kedua skuter ini dipasarkan dengan agresif sebagai produk global, maka tak ayal keduanya sering dibandingkan. 



Menggunakan basis yang mirip dan garis desain serupa Forza yang line-nya telah lebih dulu hadir sebelum PCX, kali ini seolah menjadi tipe yang memenuhi berbagai tuntutan yang kurang di PCX. Bukan rahasia di pasar Amerika yang cenderung mengadopsi motor dengan kubikasi besar, kehadiran skuter dengan kubikasi tanggung macam PCX yang cuma 150cc belum mampu memuaskan dahaga para penggila power yang butuh akselerasi di highway Amerika yang mensyaratkan kecepatan minimal 55 Mil/Jam. 



Meski PCX sudah mampu memenuhi standar minimal kecepatan namun kala harus berakselrasi dengan dua penumpang berukuran jumbo di kecepatan 55-60 Mil maka power yang dimilikinya  terasa kurang memadai. Makanya Forza yang di kerek ke 300cc dianggap lebih sesuai untuk pasar Amerika yang kalau mau jujur sebenarnya termasuk pasar minoritas untuk skuter. Barangkali Honda terpaksa mengeluarkan Forza karena berambisi mendongkel dominasi Suzuki lewat Burgman 400 dan 650-nya. Bukan hanya power yang meningkat berbagai fitter skuter maxi entry level pun dibenamkan ke Forza mulai dari CBS Front and Rear Disc, Bagasi yang lebih luas, Tachometer dan Jam sampai Laci depan yang dapat di lock dan HISS menjadi fitur-fitur unggulan skuter yang pasti kena PPnBM kalau dijual di Indonesia ini. 





Sayang skuter yang keliatan gagah ini selain masih menggunakan basis kerangka yang mirip dengan PCX juga minus fitur ISS dan ESP. Sepintas jadi terlihat seperti PCX on dopping. Bahkan karena pengaruh console depan yang menggembung pijakan kaki meski masih bisa selonjor terlihat sempit dan membuat jarak lutut pengendara menjadi dekat dengan laci.




Makanya jika menilik harganya ditambah PPnBM maka PCX jelas terlihat lebih value walau minus fitur-fitur Forza. Barangkali kalau pasar Indonesia lebih dewasa maka Honda perlu memikirkan versi khusus Forza untuk kebutuhan lokal. Mungkin dikawin silangkan saja fitur-fitur PCX dan Forza plus kubikasi dipangkas 50 menjadi 250cc agar tidak terkena PPnBM. 



Wednesday, September 11, 2013

The Art of Collecting Replica Watch


Setelah bertahun-tahun tinggal di Senen, baru belakangan nyadar bahwa di deket rumah ada grosiran jam paling besar se Indonesia. Sebenarnya dari dulu sering jalan-jalan lewat Senen Jaya tapi dulu tempatnya sepi dan gak asyik buat disambangi karena preman dan jambretnya gak banget. Tapi sekarang udah lumayan mendingan makanya sudah berani jalan-jalan ke sana lagi. 

Surprise-surprise di sana menemukan koleksi ICE watch yang lumayan mirip seperti ini....





Buat perbandingan ini koleksi asli jam ICE yang harganya sampai jutaan....






Monday, September 9, 2013

Bebek VS Matik lagi

Kalau dulu kebanyakan orang sukanya motor bebek sekarang jaman sudah berubah orang sukanya naik skutik. Apa benar? Menurut statistik sih begitu. Pelan-pelan pasar bebek mulai digerogoti oleh skutik. Biarpun awalnya orang banyak mengkritik skutik sebagai motor banci, motornya cewek, boros, dst, kebutuhan akan kendaraan yang fungsional dan mudah dikendarai tak bisa terbantahkan. Tapi apakah pasar motor bebek benar-benar habis? Sebenarnya tidak atau tepatnya belum. Di kota Jakarta yang padat merayap sekalipun motor bebek belum benar-benar musnah. Meski jumlahnya kini mulai sebanding dengan matik, kemampuan bebek sebagai kuda beban belum tergantikan sepenuhnya. Jujur saja bebek yang pada saat masih karburator saja sudah terkenal irit karena per liter bisa tembus 60kpj, kini tambah irit karena sudah mulai menggunakan fuel injection. Kubikasinya pun sudah naik di kisaran 125 tentu ada juga bebek super yang disebut ayam jago karena sampai 150cc. Beberapa sudah mulai aplikasi bagasi helm-in, bahkan sudah ada upaya aplikasi CVT meski akhirnya mati suri.

Tapi ditengah-tengah gempuran matik ada juga rumor yang menghinggapi salah satu ATPM Jepang yang ditenggarai bakal mencoret bebek dari jajaran motornya. Adalah Kawasaki sebagai salah satu ATPM yang memang kurang sukses dengan bebeknya. Konon karena konsumen lebih senang dengan produk motor sports Kawasaki dibanding bebeknya. Bahkan jika sebelumnya Kawasaki pernah akan meluncurkan matik, maka rencana itu tampaknya juga dicoret menyusul ketidaksuksesan bebek Kawasaki. Lantas apa yang menyebabkan bebek Kawasaki tidak sukses? Apakah karena produk bebek Kawasaki jelek? Jika itu kesimpulannya tentulah keliru besar. Selain mutu bebek Kawasaki masih sejajar atau malah diatas sedikit produk bebek ATPM Jepang lainnya, Kawasaki juga sudah berupaya meluncurkan bebek yang inovatif. Selain Kaze yang merupakan entry level kelas Bebeknya, Kawasaki juga menghadirkan ZX 130 yang menjadi satu-satunya bebek dengan tangki bensin di depan. Jadi pengendara tak perlu repot2 buka jok untuk mengisi bensin. Jika ZX yang diberi label baby ninja belum cukup, Kawasaki masih punya Athlete varian bebek monoshock yang bergaya motor laki. Lagi-lagi dengan tangki bensin diluar layaknya motor sports. Sayangnya ke tiga varian ini tidaklah sukses-sukses amat. Minimal dibanding motor sports-nya sambutan konsumen pada bebek Kawasaki boleh dibilang adem ayem. Lantas apa sebabnya?

Sebagai motor, pada masa jayanya dulu bebek adalah motor mayoritas orang Indonesia. ATPM besar macam Honda dan Yamaha cukup sukses mendulang pundi-pundi lewat bebek. Bahkan bebek C-Series Honda sudah dianggap motor klasik yang layak dikoleksi. Yamaha pun memiliki penggemar bebek yang fanatik lewat Jupiternya. Lantas kenapa bebek Kawasaki malah gak laku? Mungkin Kawasaki perlu memahami dulu bagaimana psikologi dan logika konsumen bebek yang ada saat ini. Ketika bebek menjadi mayoritas di pasar motor Indonesia, bisa dibilang sebagian besar konsumennya menggunakan bebek karena tidak ada pilihan (sekarang pun masih begitu). Pengennya punya motor sports tapi apa daya keuangan gak memadai makanya terpaksa pilih bebek. Nah sekarang dengan tingginya persaingan dan banyaknya pilihan orang-orang yang pakai bebek karena terpaksa jumlahnya jadi berkurang banyak. Kenapa harus pilih bebek kalau bisa kredit motor sports, toh sekarang mulai banyak motor sports yang murah ada Thunder, Verza dan TVS naik sedikit ada Pulsar, Vxion, Byson dan bahkan CB. Sebagian besar lagi konsumen bebek tidak puas pakai bebek karena biarpun sudah semi manual, tetep butuh oper gigi, kakinya masih nongkrong di cagakan (yg bentuknya begitu-begitu aja dari jaman dulu... kenapa gak di desain lebih selonjor kaya crusier gitu?), dan ini yang paling bikin KO...ruang naruh barangnya kurang luas. Lho kan sudah helm-in juga. Iya tapi kan kalah sama matik yang punya dek rata (lihat kan matic buat angkut galonan aqua?) jadi masih bisa buat naruh barang bahkan orang. Maka bebek pun kehilangan separo konsumennya lagi. Apalagi harga matik dan bebek sama-sama bersaing ketat di level entry.

Nah di tengah-tengah kondisi seperti itu jika ATPM memaksakan bermain bebek tentunya akan menghadapi pasar yang sangat kejam. Lha sudah konsumennya mengecil ATPM yang perang besar-besar semua. Buat Kawasaki sebagai ATPM yang dulu pernah gulung lapak untuk sementara waktu ya bukan kerjaan gampang. Bisa dilihat di Suzuki ATPM Jepang menengah sekelas Kawasaki yang ngotot bermain bebek, salah strategi sedikit (karena buru-buru mempensiunkan Shogun 110 yang legendaris) pasarnya langsung rontok hingga tinggal menyisakan Satria bukan saja sebagai satu-satunya bebek Suzuki yang masih laku tapi juga satu-satunya produk motor Suzuki yang masih laku (dan ini pun mungkin gak lama lagi abis masanya). Makanya kalau benar Kawasaki mau konsentrasi ke motor sports saja lebih bagus. Ngapain ngotot bertahan di bebek kalau produknya yang laku memang motor sports.

Sisa konsumen bebek itu sekarang adalah orang-orang yang bertahan karena daerah tempat tinggalnya lebih cocok pakai bebek misalnya di daerah yang masih banyak jalan tanahnya tapi kekuatan keuangannya belum cukup buat beli motor sports. Untuk itu mereka akan milih beli bebek entry level. Di sini yang jadi raja tentu Honda dan sisanya jatuh ke Yamaha dan Suzuki. Mereka akan pilih bebek yang gampang di service, tidak harus ke bengkel resmi dan parts KW-nya banyak.

Saturday, September 7, 2013

Seni hidup hemat tapi gaya....

Judulnya cukup kontroversial gimana tuh hidup hemat tapi gaya? Rasanya tidak mungkin.....Eits tunggu dulu siapa bilang gak mungkin? Semuanya mungkin selama kita bisa puter otak. Memang biaya hidup di Jakarta makin hari makin meningkat dan ditambah rupiah melemah, inflasi tinggi, pajak naik. Wah klop lah sudah bagi golongan menengah sewaktu-waktu bisa terdorong kembali ke jurang bawah. Cuma toh kalau kita puter otak kita masih bisa menikmati apa yang ada menjadi lebih. Contohnya ya itu hidup gaya. Itu kan tuntutan juga. Masa gara-gara harga-harga melambung lantas kita bermuram durja? Tampilan jadi lusuh dan mati gaya. Santai dong coba kita lihat apa yang bisa dilakukan. Pertama-tama coba di data berapa rupiah selama ini keluar buat mendongkrak penampilan? Mulai dari busana, sepatu sampai aksesoris seperti jam tangan. Kesannya mungkin hanya bisa ditebus dengan harga mahal tapi ternyata enggak juga lho.



Kita mulai dari busana saja dulu. Minimal kan kita harus punya dua jenis busana yaitu Formal dan Casual. Nah untungnya buat mereka yang aktifitas kerjanya tidak harus pakai seragam banyak pilihan yang bisa dipakai. Saya misalnya karena tidak harus pakai seragam atau lengan panjang polos memilih pakai batik saja. Untungnya batik lagi trend dan banyak jenis dan kualitasnya harga pun terjangkau ya sudah beli saja banyak-banyak jadi setiap hari gak pernah sama. Urusan celana saya biasa pake jeans, sudah lama saya memilih membeli Wrangler ketimbang Levis yang selangit. Tapi lambat laun Wrangler jadi mahal sehingga saya beralih ke Tira yang lebih akur di kantong.





Dari sana pindah ke urusan sepatu. Untuk sepatu saya selalu pakai yang cocok untuk naik motor. Biasanya model boots. Untuk merk biasanya pakai Rockport ada satu Timberland, Geox. Tapi ketiga merk ini sekarang jadi mahal ampun-ampunan meski kualitas prima toh harganya bikin geleng-geleng. Maka saya beralih ke merk lain untungnya ada Weinbrenner. Merk yang sekarang dimiliki Bata ini harganya bisa seperempat Timberland. Sementara model dan daya tahan lumayan bagus dan awet.

Sekarang urusan jam tangan atau arloji. Syukurnya saya bukan tipe yang suka pakai jam blink-blink dari metal. Ada sih merk Seiko tapi saya lebih suka yang murah meriah sehingga bisa pakai Casio. Bukan Casio G-Shock yang berat dan tebal tapi tipe standar yang baterainya sampai 10 tahun. Gimana untuk tas? Untuk tas meski punya tas ransel kamera merk Lowe Pro yang life-time warranty tapi sehari-hari saya pakai merk Bodypack yang murah tapi kuat dan tahan lama.

Monday, September 2, 2013

Capdase Mobile Phone Bracket a Go Pro for the poor

Salah satu asesoris yang belum sempat nangkring di PCX saya adalah GPS dan Kamera. GPS saya butuhkan karena saya sudah rasakan kebutuhannya mana kala harus mencari alamat saat bermotor. Rasanya sekarang mulai sulit mengandalkan bertanya karena selain penduduk Jakarta mulai tidak kenal satu sama lain, juga perkembangan Jakarta yang cukup cepat membuat orang yang hidup di Jakarta pun belum tentu kenal daerahnya. Apalagi mengingat perubahan lalu lintas di Jakarta yang cukup sering membuat kita kerepotan. Problemnya adalah harga GPS untuk motor yang tidak murah. Jika GPS untuk mobil mulai ditawarkan dimana-mana dengan harga sekitar 1 juta, maka GPS untuk motor masih cukup mahal untuk ditebus. Alasannya karena GPS untuk motor memerlukan kemampuan water proof dan batre tersendiri. Begitu juga halnya dengan kamera. Saya juga membutuhkan kamera lebih sebagai alat untuk mendokumentasikan kejadian di jalan. Ketika terjadi insiden di jalan sering kita harus berurusan dengan pihak yang ngotot. Karena ujungnya cuma antara kata-katanya versus kata-kata kita maka pembuktiannya bisa berbelit. Untuk itu diperlukan kamera. Memasang kamera juga hal yang sudah jamak dilakukan di mobil tapi di motor memerlukan perangkat yang cukup mahal. Misalnya menggunakan Go Pro yang masih dikisaran 3-4 juta belum termasuk bracket.

Akhirnya saya berusaha mendayagunakan apa yang ada. Masalah terbesar dalam memasang perangkat GPS dan kamera di motor adalah bracket. Tidak banyak yang menawarkan bracket GPS dan Kamera di motor. Selain karena memasang perangkat tambahan seperti itu di motor rawan dicuri (helm saja yang sudah di sangkutkan ke kaitnya di motor di sambar makanya ada helm dengan security hole), pemasangan bracket di rata-rata motor memerlukan upaya lebih. Maklum stang motor matik di Indonesia rata-rata menganut sistem tertutup casing bukan terbuka seperti stang motor sports atau sepeda. Untungnya di PCX stangnya menganut sistem terbuka sehingga memasang bracket tidak lagi jadi kendala. Beberapa minggu yang lalu ketika sedang iseng berkeliling di PI (PI= Plaza Indonesia ya kalau PIM baru Pondok Indah Mall) saya menemukan bracket untuk mobil phone bermerk Capdase. Bracket ini sebenarnya untuk sepeda dan terbuat dari plastik tapi setelah saya lihat rasanya bisa diadopsi di motor. Akhirnya saya beli dan coba dipasang, tadinya saya mau pasang di bagian tengah stang PCX tapi ternyata tidak muat karena tiang bracketnya memiliki lengkungan yang cukup tebal. Terpaksa dialihkan ke sebelah kiri.

Setelah terpasang saya coba sandingkan dengan smartphone kedua saya Motorola Defy. Kebetulan karena pernah mengalami kecelakaan dengan air pada smartphone terdahulu saya memutuskan untuk memiliki satu buah smartphone yang tahan banting dan tahan air. Nah ternyata menggunakan Motorola Defy ini saya memiliki dua keuntungan sekaligus. Karena ber OS-kan Android saya tinggal mencari aplikasi GPS dan aplikasi perekam saat berkendara. Untuk GPS-nya saya coba Sygic yang sudah cukup lengkap untuk melayani kebutuhan saya dalam mencari arah. Sedang untuk aplikasi perekam saya menggunakan Dailyroads Voyager. Kedua aplikasi ini ternyata cukup berfungsi dengan baik dan bisa diandalkan. Sygic bisa melock satelit GPS dengan cukup cepat lebih baik dari aplikasi default yang biasanya malah tidak bisa me-lock posisi meski sudah dibantu dengan HSPDA ataupun wifi. Selain itu saya juga melakukan modifikasi kecil untuk menambah keamanan smartphone saat di Bracketnya. Yaitu memasang lanyard rope dengan sedikit modifikasi dari lanyard senter LED kecil dipadukan dengan lanyard dari USB flashdrive. Hal ini dilakukan karena Bracket Capdase hanya menggunakan sistem jepit yang mungkin masih meragukan mengingat getaran di Jalan bisa memperlemah gear lock geser dari cradlenya.

Total jendral biaya adalah:
Bracket Capdase Rp 200.000 (di beberapa tempat bisa lebih murah)
Motorola Defy (kebetulan sudah punya)
Sygic GPS Rp 200.000 (ada versi trial-nya)
Dailyroads Voyager (free)
Lanyards (modif dari yang sudah ada)

Kalau dilihat jauh lebih murah ketimbang berusaha membeli GPS khusus motor + Go Pro. Nah anda mau mencoba juga?