Wednesday, January 7, 2015

Mengkritisi Kebijakan Publik


Di negara yang katanya demokratis ini seharusnya kebijakan publik dibuat dan diputuskan dengan pertimbangan yang matang dengan menjunjung tinggi rasa keadilan dan didukung data berdasarkan fakta. Saya kuatir kengototan Pemda dan Kepolisian untuk memperluas kawasan bebas sepeda motor hanya karena kebijakannya 'terlihat berhasil' di kawasan percobaan, pada akhirnya akan berbuah antipati dari golongan masyarakat khususnya pengguna motor terhadap kebijakan lain yang seharusnya berdampak baik. Kenapa demikian? Salah satunya karena alasan-alasan yang dikemukakan dan dikomunikasikan ke publik melalui pers terlihat mengabaikan fakta-fakta yang ada dan mengabaikan rasa keadilan masyarakat. 

Misalnya alasan bahwa adanya kawasan pelarangan motor akan meningkatkan keselamatan pengendara motor. Karena menurut data (entah yang mana karena tidak pernah dibeberkan secara detail) pengendara motor yang berasal dari luar kota sesampainya di tengah kota sudah lelah dan mudah mengalami kecelakaan. Saya sendiri tidak punya data berapa jumlah pengendara motor dari luar kota setiap harinya memasuki Jakarta. Tetapi melakukan pelarangan motor melewati kawasan tertentu dengan alasan ini, tentunya tidak akan mengurangi jumlah kecelakaan karena kelelahan, sebab kecelakaan karena kelelahan masih mungkin terjadi di luar daerah bebas motor. Lantas bagaimana dengan pengendara motor yang berasal dari dalam Jakarta sendiri. Mereka yang tempat tinggalnya relatif dekat pastinya tidak atau belum kelelahan. Lantas kenapa mereka juga harus menanggung dampaknya untuk tidak boleh lewat? 

Lebih aneh lagi adalah rencana perluasan kawasan pelarangan dengan alasan pelarangan motor sudah dievaluasi dan terbukti mengurangi kemacetan (baru berlangsung selama 2 bulan padahal) . Sementara kenyataannya kalau kita lihat di daerah dimana larangan diberlakukan pada saat jam-jam sibuk lalu lintasnya tetap macet sekalipun tidak ada motor lewat karena dipenuhi mobil. Tentunya menjadi pertanyaan sendiri sebenarnya bagaimana definisi macet dan tidak macet versi pemerintah? Lalu apakah pemerintah yang dipilih secara demokratis tidak perlu lagi mendengarkan keberatan rakyatnya? Dan terlebih lagi apakah rakyatnya tidak perlu tahu fakta-fakta dan alasan sejelasnya mengenai sebuah kebijakan?

Ingat loh rakyat sudah pintar makanya dulu milih anda....tapi jangan membodohi dan sewenang-wenang dengan rakyat karena mandat sewaktu-waktu bisa dicabut kembali. Jangan sampai kebijakan anda yang lain jadi tidak berhasil karena anda ngotot di kebijakan yang sejak awal sudah lemah ini.

Wednesday, October 29, 2014

Review Suzuki Burgman 200

Setelah sekian lama cuma lihat postingan orang lain soal Suzuki Burgman akhirnya saya kesampaian juga lihat sendiri penampakan Burgman 200. Bukan di IMOS 2014 yang baru dibuka hari ini ya, tapi di Suzuki Sunter. Kebetulan sejak kemarin mendadak rem depan si Kuro Skywave jadi bagel...walah selain gak enak juga bahaya, makanya habis nganter istri kerja motor langsung diarahkan ke pinggir danau. Hehe kebetulan Beres sekaligus Main Dealer Suzuki yang paling asoy pemandangannya memang di Sunter.

Tadinya gak ngarep kalau bakal ketemu Burgman 200 disana, maklum Suzuki Sunter biasanya bagian yang motor displaynya paling sering dipinjem Suzuki kalau ada pameran. Aneh ya padahal di MT Haryono juga ada tuh motor suzuki pajangan. Mungkin karena kalau di MT Haryono alias wisma Indomobil tempat displaynya di atas maka susah motornya dibawa keluar masuk. Selesai daftar si Kuro saya langsung jalan-jalan ke bagian pajangan dan benar saja di tempat biasa motor dipajang ada beberapa yang kosong keliatannya V-Storm nya dan mungkin Gladius lagi dipinjam buat IMOS. Nyisa GSX-R 750 yang knalpotnya gahar bener dan mesinnya keliatan berurat (sori gak di foto) dan Hayabusa motor edan 1300cc yang warna dan desainnya ciamik (gak difoto juga karena percuma deh gak bakal kebeli juga dan kalaupun punya mau dibawa kemana juga). Pas dipojokan bagian dekat pintu masuk teronggoklah sesosok yang dicari Burgman 200 dengan warna hitam doff (sebenarnya cenderung abu-abu lah). Begitu dilihat dari dekat baru ketauan kalau PCX dari sisi tongkrongan kalah gede, walaupun kalau soal desain ya sama-sama maxi scooter (saya sih lebih seneng bilang PCX mid scooter).




Bagian paling menonjol dari Burgman 200 menurut saya malah ada di Jok-nya. Loh kenapa bisa begitu? Soalnya bagian ini menjadi demikian lebar karena mengakomodir bagasi yang luasnya seperti bak mandi bayi. Lebar banget cuy...bener-bener bisa muat 2 helm. Tapi setelah saya amati baik-baik kelihatannya tidak sembarang helm muat meski menurut spek-nya bisa muat 1 helm full face dan 1 helm half face. Ini karena kedalaman bagasinya sendiri cukup rendah (bisa dilihat di foto). Jadi cek dulu sebelum beli dan ingat karena letaknya harus tidur lebih baik helm yang mau disimpan dimasukan ke sarungnya dulu untuk menghindari lecet-lecet pada visor dan bodinya.




Secara kasat mata saya mencoba mencari-cari alasan kenapa Suzuki cukup pede membandrol Burgman 200 ini seharga 54 juta. Dari pengamatan saya ada beberapa hal yang mungkin memaksa Suzuki menjual harga Burgman sebegitu mahal. Pertama kita lihat dari sisi kualitas bahan, Suzuki sejak dulu memang terkenal tak mau kompromi soal kualitas bahan di line-up motor kelas atasnya. Contohnya si Kuro Skywave yang pernah menjadi skutik CKD paling atas di jajaran motor Suzuki tahun 2009. Sampai hari ini saya masih sulit mencari kelemahan di material Skywave mulai dari bahan plastiknya yang tebal, kabel-kabelnya yang rapi sampai penggunaan baut dan mur yang kalau dibongkar bikin pusing saking banyaknya, tapi tetap mampu menjaga si kuro dari getar-getar bodi yang tak perlu. Hal yang sama juga saya temukan di Burgman misalnya pada penggunaan panel plastik kulit jeruk di tebeng depan dan mesin yang belakangan sudah ditinggalkan oleh pabrikan lain karena lebih mahal dan boros bahan ketimbang panel plastik yang tipis dan dicat.

Jadi kalau mau membandingkan dengan PCX kita bisa melihat metode pendekatan produksi dan desain skutik yang berbeda. Jika Honda lewat PCX berusaha memproduksi motor sarat teknologi dengan standar ASEAN yang mampu bersaing di kancah Internasional (pasar Amerika dan Eropa) maka Suzuki menggunakan pendekatan memproduksi motor dengan standar Eropa dan Amerika dengan teknologi konvensional di ASEAN untuk menghemat biaya. Misalnya hal ini bisa dilihat di detail-detail tadi selain panel saya juga menjumpai las-las-an yang rapi dan kuat di standar bawah. Jangan lupa PCX 150 produksi awal banyak yang mengalami retak pada dudukan standar bawahnya, padahal kalau dibandingkan bobot PCX jauh lebih ringan ketimbang Burgman.




Kedua soal desain mesin lagi-lagi bisa dilihat bahwa Suzuki tidak seperti Honda yang lebih berani mengadopsi teknologi baru untuk diterapkan pada desain skutiknya (ISS di PCX dan Vario), Suzuki lebih memilih meminiaturkan mesin klan Burgman/Skywave 650/400/250 yang bertahun-tahun sukses untuk dicangkokkan ke Burgman 200/125. Sehingga kalau mencermati mesin Burgman 200 maka akan kita temukan garis-garis yang sama. Misalnya kerapian dalam casting mesin (coba bandingkan dengan casting PCX yang agak mbleber). Kelihatannya ini membuat biaya memanufaktur mesin Burgman jatuhnya lebih mahal. Kenapa demikian karena di PCX Honda memanfaatkan volume produksi mesin yang basisnya sama Vario, Airblade, PCX dengan jumlah terbesar tentu pada produksi vario. Sementara Suzuki justru terpaksa memanfaatkan produksi dengan basis yang sama di line up skutik besarnya Skywave/Burgman 650, 400, 250, 200,125 yang jumlahnya jauh dibawah Vario, Airblade, dan PCX.




Konsekuensi logis dari pilihan itu adalah mesin Burgman terlihat lebih kuno dibanding PCX. Jika Honda secara brilyan sudah berhasil memadukan radiator yang mungil dengan mesin yang kompak sehingga dapat menciptakan mesin yang responsif, Suzuki terlihat lebih memilih mesin yang memiliki endurance dengan material yang mumpuni walau teknologinya sedikit lebih kuno (Suzuki masih menggunakan radiator besar di depan). Radiator besar milik Burgman boleh saja terlihat canggih untuk ukuran motor lokal yang masih didominasi mesin-mesin berpendingin udara tapi di desain skutik internasional radiator depan jadi ciri masih konvensionalnya desain mesin. Penjelasannya begini pada desain motor sports yang mesinnya vertikal dan terletak di bawah tangki (dikempit pengendara) posisinya memang di depan sehingga peletakan radiator di depan (belakang ban depan) memang masuk akal karena posisinya sangat dekat dengan mesin dan langsung terkena angin. Sehingga proses pendinginan cairan tidak harus meliuk-liuk lewat pipa yang panjang. Pada skutik yang mesinnya terletak di belakang peletakan radiator di depan jelas kurang tepat (tapi terpaksa digunakan selama belum ada solusi desain lain) karena cairan pendingin harus diputar-putar dahulu.

Faktor ketiga yang menjadikan harga Burgman mahal adalah digunakannya fitur safety yang cukup lengkap. Memang yang paling terlihat menonjol adalah digunakannya ABS pada rem depan. Fitur ini saja cukup signifikan mendongkrak harga jual Burgman karena harus diintegrasikan pada ECU. Tapi fitur-fitur lain juga turut menyumbang harga jual yaitu mulai dari fitur lampu hazard, pass beam, dan posisi sein depan yang menonjol sehingga bisa dilihat dari samping. Burgman juga dilengkapi dengan stabilizeer di stang depan yang ukurannya cukup besar dan terasa terbuat dari logam solid. Tak cuma itu wind shield depan Burgman pun terlihat sudah disertifikasi oleh DOT.



Namun demikian tentu tak ada produk yang benar-benar sempurna. Apa saja sih faktor minusnya Burgman selain desain mesinnya yang kelihatan kuno? Ada beberapa yang sempat saya catat, misalnya saya kurang sreg dengan pemilihan cat doffnya. Memang sepintas keren tapi lebih rawan dari kotoran yang mengandung minyak karena membekas. Letak sein yang cukup menonjol di bawah pun agak riskan terkena senggolan atau minimal krikil yang terlepas di jalan.

Wednesday, September 3, 2014

Soundbar dan Soundstand

Setelah lama menggunakan TV LCD ada satu bagian yang kurang memuaskan (sebenarnya dua tapi itu lain cerita lah) yaitu kualitas suaranya. Maklum dengan desain yg cenderung flat maka nyaris tak mungkin membekali TV LCD dengan speaker yang maksimal. Apalagi hampir bersamaan perangkat AV-Receiver saya Denon 1603 secara berangsur rusak pelan-pelan. Mulanya hanya remote yang pernah menjadi sarang semut tapi lama kelamaan knob pengatur suara di Receiver-nya pun juga ikut rusak. Sehingga dua speaker Wharfdale kebanggaan yang biasanya menghibur kini jadi bisu total. Receivernya sih kemungkinan masih bisa diperbaiki tapi dengan berat yang lumayan, ya tentu malas juga kalau harus membawanya ke tempat service.

Jadi diputuskan beli saja yang baru. Mengingat harga AV-Receiver tidaklah murah dan desainnya cenderung memakan tempat maka saya mencoba mencari alternatif yang kira-kira secara desain tidaklah merepotkan dan harganya terjangkau. Nah harapan itu terjawab oleh hadirnya perangkat bernama Sound Bar. Sound Bar adalah Deretan Speaker mini berbentuk Bar yang cocok untuk disandingkan dengan desain TV LCD. Apalagi kalau tempat anda menikmati TV ruangannya terbilang kecil. Seperti gambar ini.

Sayang setelah saya mencoba mencari kesana kemari (maksudnya mengunjungi beberapa toko elektronik besar) penampakan sound bar tak kunjung didapat. Tentunya apabila waktu dan budget soundbar tersedia toko-toko khusus audio visual, kedua hal yang tidak dapat lagi saya lakukan sering-sering. Maka pencarian diarahkan ke forum jual beli online, disana terdapat beberapa seller yang menawarkan barang baru dan second. Sayang soundbar yang satu merk dengan TV saya tidak ada yang jual. Kebanyakan merk yang ditawarkan adalah Samsung. Sebagai merk nomer satu terpopuler untuk urusan TV LCD wajar jika Samsung juga merambah ke dunia audio. Meski penguasa audio seperti Yamaha masih menguasai terobosan Samsung di bidang audio untuk TV LCD patut diacungi jempol. Bukan saja bersaing di kelas entry level Samsung juga berani bermain di kelas sedikit Hi-End dengan soundbar ber-vacum tube.

Dari pengamatan sekilas Samsung memiliki beberapa kelas perangkat soundbar yang masuk ke dalam rentang harga saya. Untuk level entry ada Samsung Soundbar HW-355F 40 yang berada di rentang harga Rp 2 - 1,5 juta. Soundbar HW-355F 40 ini terdiri dari konfigurasi 2.1, artinya (buat anda yang buta audio) terdiri dari 2 speaker kanal kiri dan kanan (L+R stereo) dan 1 speaker subwoofer untuk nada rendah (dengan desain konvensional). Meski menarik tipe HW-355F 40 ini menurut saya masih memiliki kelemahan yaitu absennya port HDMI in dan HDMI out. Catatan khusus di beberapa situs Samsung disebutkan kalau HW-355F 40 memiliki port HDMI tapi dalam manualnya tidak dituliskan sama sekali pun gambarnya tidak menunjukan letaknya dimana. Bisa jadi tipe yang memiliki HDMI port hanya ada di negara tertentu saja. Berikut penampakan HW-355F 40.

Soundbar yang lebih menarik adalah tipe HW-H600/610 (oleh Samsung disebut Soundstand). Selain karena desainnya amat minimalis soundbar ini juga dapat digunakan sebagai tatakan (hingga berat 40kg) TV LCD yang diletakan di atasnya. Konfigurasinya pun tidak umum yaitu terdiri dari konfigurasi 4.2. Artinya terdiri dari 2 kanal L+R, 2 kanal belakang L+R, dan 2 Speaker subwoofer. Tipe ini juga terlihat lebih unggul karena sudah memiliki HDMI in dan out serta NFC untuk setting nirkabel dari perangkat mobile yang mendukungnya. Berikut penampakan HW-H600/610.

Setelah melalui pertimbangan dan pengamatan secara tak sengaja saya menemukan seorang penjual yang menjual HW-H600/610 dengan harga Rp 1,4 juta. Padahal biasanya tipe ini dijual dengan rentang harga Rp 4,9 - 3,3 juta. Tentunya tanpa menyia-nyiakannya lagi saya langsung mendatangi seller dan membayarnya secara tunai.

Saturday, February 1, 2014

Cicilan Nol Persen dan Siklus waktu Produk




Saya tidak akan menyoroti apakah cicilan Nol Persen yang diberikan oleh penerbit Kartu Kredit merupakan 'akal-akalan' penerbit atau tidak, atau pun apakah cicilan tersebut meningkatkan konsumsi dan inflasi ekonomi. Untuk sementara permasalahan tersebut bisa dibicarakan di lain kesempatan saja.


Saya hanya akan memberikan pertimbangan atau tips manakah barang yang cocok untuk dibeli dengan cara dicicil. 

Penawaran cicilan nol persen dari penerbit kartu kredit walau ditenggarai negatif sebenarnya jika jeli dapat membantu kita memperoleh barang yang kita butuhkan tanpa dibebani bunga dan keharusan membayar tunai dimuka keseluruhan harga barang. Pembelian dengan cara cicilan atau sering disebut kredit umumnya menyertakan bunga (yang perhitungannya seringkali membuat pusing). Masyarakat seringkali salah mengartikan pembelian dengan cara dicicil karena umumnya awam dengan istilah yang digunakan dalam transaksi ini. Misalnya pembelian mobil dan motor sebagai jenis transaksi pembelian yang sering dilakukan melalui cara kredit, sebenarnya tidak sepenuhnya benar. Pembelian kendaraan bermotor umumnya melalui cara leased. Artinya sebenarnya anda tidak saja mencicil harga kendaraan bermotor tapi lebih mengarah pada sewa-cicil. Jadi selama mobil atau motor tersebut belum lunas maka kendaraan tersebut belum sepenuhnya menjadi milik anda. Sampai lunas anda menyewa kendaraan tersebut dengan pembayaran sewa + cicilan harga kendaraan yang harus anda bayar setiap bulan. Makanya jumlah total yang harus anda bayar seluruhnya menjadi amat besar jika dibandingkan dengan harga kendaraan tersebut secara tunai.

Sementara transaksi cicilan nol persen dengan menggunakan kartu kredit tidak akan membebani anda dengan bunga tapi benar-benar membagi harga barang tunai ke dalam cicilan (installment) bulanan. Umumnya pola yang dipakai adalah 3, 6, 12, 24, dan 36 bulan. Biasanya pihak penerbit hanya akan mengijinkan cicilan nol persen jika pembeli memilih cicilan antara 3 - 12 bulan saja. Jarang ada yang memberikan cicilan nol persen hingga 24 atau 36 bulan. Tentunya apabila kita ingin mencicil harus dipertimbangkan barang apa saja yang layak dicicil. Harap diingat hanya properti (rumah, apartemen, dsb) yang mungkin memberikan anda kenaikan nilai barang setelah dibeli. Barang lainnya seperti kendaraan, alat elektronik dan sebagainya akan turun seiring berjalannya waktu. Tentunya kita juga mungkin mendapatkan nilai tambah jika membeli barang non-properti jika barang tersebut kita gunakan sebagai barang modal untuk bekerja atau produksi. Selain itu barang yang dapat mempermudah atau memberikan kenyamanan hidup tetap dapat memberikan nilai tambah meski nilainya bersifat variatif.

Nah barang-barang apa saja sih yang layak dibeli dengan di cicil? Untuk sementara saya akan membatasi dengan kategori barang-barang elektronik. Kita mulai dari handphone karena ini merupakan salah satu jenis barang yang paling sering ditawarkan untuk dicicil. Saran untuk cicilan handphone jika spesifikasinya tidak terlalu tinggi dan anda hanya membutuhkan fungsi dasarnya saja (telepon dan sms) sarannya adalah beli secara tunai atau pilih cicilan dengan waktu paling pendek. Cicilan jangka menengah hanya sesuai jika handphone tersebut merupakan handphone berspesifikasi tinggi yang waktu edarnya lumayan panjang. Contohnya iphone atau beberapa anroid phone dari brand terkenal. Pilihlah waktu membeli ketika produk tersebut baru saja diluncurkan, dan ketika produk tersebut ditawarkan dalam penawaran bundling. Meski penawarannya menggiurkan tidak disarankan membeli di akhir tahun karena biasanya produk tersebut telah mendekati the end of cycle life-nya dan akan digantikan tipe baru.

Contoh berikutnya adalah notebook atau laptop. Notebook dan laptop dapat dicicil dalam jangka waktu antara 6-12 bulan. Jika anda merasakan terlalu berat mencicil dalam jangka tersebut sebaiknya tunda pembelian atau cari yang spesifikasinya lebih rendah sehingga harganya juga lebih murah. notebook dan laptop memiliki cycle of life yang pendek. Rata-rata hanya sekitar 3 tahun akan tergantikan oleh laptop dan notebook yang spesifikasinya lebih tinggi dengan harga lebih murah atau sama.

Tuesday, January 21, 2014

Planet Ban



Musim hujan kali ini sudah dua kali skywave dipaksa nerobos banjir....hehehehe mosok pake PCX ya eman tho. Akibatnya minggu lalu pas keluar dari tempat parkir ban belakangnya nyaris flat dan geal geol. Untung dekat kantor ada tukang tambal ban jadi bisa di isi angin dan buru-buru pulang sampai rumah. Besoknya pas libur di cek ban sudah nyaris rata lagi. Ternyata selain paku (jumlahnya sekitar 3-4 buah) ada satu logam tajam (sepertinya pecahan ujung besi plat) yang menancap dan sukses membuat angin ngowos keluar dengan bebas. Kalau sudah begini biarpun ban belakang Skywave dibekali tubeless type jadi dilematis. Kalau dicabut bakalan langsung kempes tapi kalau gak dicabut tetep saja jadi kempes pelan-pelan.

Dua hari saya sempat mikir gimana caranya mengatasi "cobaan" ini. Maklum sudah gak percaya model tambal cacing karena berapa kali ngalamin tambelan malah lepas ketika motor dipake sehingga nyaris celaka. Ban-nya sendiri masih lumayan bagus jadi belum terpikir juga untuk ganti. Akhirnya ban di copot coba di beri lem aica aibon tapi kok pas di pompa (pakai pompa injek) seperti anginnya tidak masuk. Oke kalau gitu dibawa ke tukang tambal ban saja di tes isi angin. Loh kok masih tetap bocor dari lubang yang kena potongan besi. Terpaksa ke tukang tambal ban tubeless. Sisa potongan besi dicabut dan ban diperkosa dengan lem cacing. Lumayan sekarang ban jadi gembung. Ban dipasang lagi dan siap beraksi untuk besok.

Ndilalah sore-sore iseng ngelus-ngelus PCX disebelah Skywave, tapi kok pas lewat liat ban Skywave sudah gembos rata lagi? Dari mana angin keluar ? Coba di pompa pake pompa injek kali ini angin masuk tapi lho kok bunyi pesss yang bukan kentut? Ternyata angin nerobos keluar dari sisi karet katup pentil yang ada di velg. Shuttt....alamat jadi repot ini. Lirik jam dinding masih setengah empat, langsung mikir cepat cari toko ban kalau tidak besok repot. Bisa sih pake PCX besok tapi sayang kalau dipake nerobos banjiran. Akhirnya setelah dipompa secukupnya dipaksakan boncengan cari toko ban...wah belum lama sudah geal-geol lagi buru-buru cari tukang tambal ban dan tambah angin di ban. Terus motor dipacu ke arah perempatan Kemayoran-Pasar Baru kalau ndak salah ingat disekitar situ ada toko ban motor.




Yak setelah deg-degan sampai juga di perempatan minggir ke kiri ada toko ban motor. Namanya Planet Ban ini toko terkenal karena merupakan chain store yang cabangnya ada dimana-mana. Coba tanya ke mbak-mbak yang jaga punya pentil gak? Ada tapi gak terima kalau cuma beli dan minta dipasang. Lha terus saya tanya kalau gitu apa jual ban 16? Eh ternyata ada ya sudah deh beli saja biar lebih yakin dan aman. Di kasih pilihan 2 merk ada Michelin dan Swallow. Sebenarnya pengen pake Michelin sayang ukurannya masih standar 80/90. Sementara ban yang lama adalah CST 100/80 dan handlingnya pas. Ya sudah coba pake Swallow 100/80 deh siapa tau sudah mendingan sekarang. Akhirnya pilih Swallow Venom 100/80 + pentil baru + cairan anti bocor M-One. Total jendral habis sekitar 330 ribu.




Kalau ditanya apakah harga ban di Planet Ban mahal? Ya mungkin saja lebih tinggi, apalagi mengingat sekitar 5-7 km dari situ ada pusat onderdil motor paling komplit di Indonesia, Bonjer. (Sebenarnya sih gak paling komplit wong nyari helm Ink aja gak ada kok di Bonjer yg ukuran XL). Pasti gampang nyari ban dengan harga lebih murah disana. Tapi melihat pelayanan di Planet Ban cukup profesional ya harga mahal tadi ketutup. Apa sih yang paling nyebelin dari masang ban di tempat lain? Velg lecet...dah pernah nyoba masang ban di Otista atau di Bonjer dijamin sedih karena Velg mulus jadi lecet-lecet. Di Planet Ban proses copot pasang ban pakai alat-alat yang komplit mulai dari kunci baut yang ukurannya pas sampai mesin buat ngelepas ban seperti di ban mobil. Proses lepas pasang ban pun jadi cepat dan akurat ndak sampai 10 menit sudah beres. Ya sudah setelah bayar langsung tancap gas pulang.

Sumber foto: usahajendral, blognyamitra

Saturday, January 18, 2014

New Honda PCX 2014



Sebenarnya saya belum mau menulis soal New Honda PCX 2014 ini di blog saya. Pertama karena blog saya bukan blog berita dimana harus selalu up to date dan mengejar-ngejar pengunjung/pembaca. Kedua karena berita yang di dapatkan sifatnya masih simpang siur dan belum akurat sehingga dikuatirkan banyak terjadi salah terjemahan. Tetapi karena blog dan tabloid lain ngotot memberitakan dengan gencar dan kadang kala jadi sedikit 'ngaco' rasanya diperlukan tulisan yang jauh lebih benar, paling tidak karena berdasarkan berita resmi.



Gimana sih ngaconya? Pertama di tabloid otomotif terbesar Indonesia ini :



Disitu jelas-jelas ditulis : 
" Kapasitas laci di bawah setang juga bertambah 74 persen, kini bisa menampung botol 500 ml. Posisi tangki bahan bakar masih berada di area pijakan kaki, kapasitasnya tetap 8 liter.

Kunci immobilizer-nya kini dilengkapi juga dengan fitur tambahan. Yaitu dapat mengatifkan alarm dan lampu parkir, enggak perlu bingung lagi mencari posisi motor ketika memarkirkan Honda PCX kesayangan." 

Bahwa kapasitas tangki bahan bakar tetap 8 liter...:-D sejak kapan? Di brosur PCX 125 yang saya punya dan bahkan di situs Honda sendiri:http://world.honda.com/PCX/spec/ ditulis bahwa tangki PCX 125 dulu cuma 6,1 liter. Bahkan di versi PCX 150 seperti yang saya punya di brosurnya dan di situs ini : http://powersports.honda.com/2013/pcx/specifications.aspx ditulis kapasitas tangki cuma 5,9 liter alias sekitar 1,6 gallons. Jadi seharusnya ditulis kapasitas tangki meningkat menjadi 8 liter. 



Di alinea ke-2 ditulis bahwa kunci immobilizer-nya. Wah hebat ya sudah ada immobilizer sementara di gambar yang ada dan berbagai press release tidak sedikit pun di singgung-singgung soal immobilizer...
Gambar komparasi kunci Honda PCX lama dan baru...




Dari gambar jelas terlihat di kunci baru (gambar atas) hanya ada tambahan tombol bertuliskan Answer Back yang jika ditekan akan berfungsi untuk memberitahukan posisi parkir motor ada dimana dalam bentuk bunyi pendek alarm di PCX. Tombol lain adalah set dan unset yang berfungsi untuk mengaktifkan dan men-non aktifkan alarm.


Bahkan di forum luar sampai ada yang menjelaskan bahwa PCX baru berkapasitas 149 cc (turun dari sebelumnya 153cc) dan menjadi 4 valve (naik dari 2 valve) padahal nyaris tidak ada yang berubah dari mesin PCX yang tetap hanya hadir dalam dua varian yaitu 125 cc (124,9cc) dan 150 cc (153,9 cc).




Sejauh yang saya dapatkan (nantinya akan saya update begitu detail jelasnya saya dapatkan), perubahan pada PCX 2014 adalah pada styling body yang menjadi lancip dan tegas. Termasuk behel belakang yang menggunakan style Honda Forza (saya duga untuk memudahkan pemasangan bracket top box). Lampu yang sekarang menggunakan tipe LED untuk (Main, Signal, Brake, DRL) dan sekarang dilengkapi switch hazard. Klaimnya penggunaan lampu LED menghemat energi sampai 60% otomatis dengan penggunaan lampu tipe LED style juga berubah (yang menurut beberapa orang termasuk saya menjadi kurang elegan).



Laci depan berpenutup yg mekanismenya dirubah seperti laci mobil (cukup di tekan untuk menutup dan membuka) dengan peningkatan kapasitas sebesar 74% sehingga muat botol air 500ml dan didalamnya dilengkapi outlet charger (lighter outlet) sebesar 12 volt.




Peningkatan kapasitas tangki menjadi 8 liter terlihat juga di barengi dengan perubahan desain engsel panel penutup akses tangki bensin. Rumah kunci juga mendapat update karena sekarang dibekali lampu untuk memudahkan kala gelap (aktif ketika tombol answer back ditekan). Desain jok juga berubah menjadi desain 'monolithic' karena keluhan konsumen PCX di AS dan Eropa yang terganggu oleh adanya hump/back rest. Selain itu engselnya memiliki stopper sehingga tidak langsung menutup kala jok di dorong dalam keadaan terbuka.



Sektor terakhir yang terlihat secara fisik adalah penggunaan material compound ban yang baru sehingga klaimnya lebih minim friksi (akankah lebih licin?) untuk menghemat konsumsi bahan bakar. Sektor instrumen indikator juga di update sekarang indikator digital lebih terintegrasi dengan speedometer. Selain itu juga ditambahkan fitur baru yaitu adanya fuel eficiency meter dan jam melengkapi odometer, tripmeter dan fuel gauge.




Perubahan lain yang tidak terlihat adalah digunakannya tipe aki baru yang lebih tahan lama YTZ8V dari tipe sebelumnya YTZ7S. Fasilitas pembacaan arus di modul ISS sehingga meminimalkan penurunan daya aki karena aktifnya ISS. PCX baru ini akan hadir dalam pilihan warna sebagai berikut: Pearl Cool White, Pearl Nightstar Black, Moondust Silver Metallic, Pearl Siena Red, Matt Carbonium Grey Metallic, Pearl Havana Brown di Eropa. 






Thursday, November 28, 2013

Musim hujan telah tiba siap-siap mencuci motor...



Bulan November telah tiba, saatnya kita menghadapi musim penghujan. Walau udara tak lagi panas untuk berkendara tapi jalanan becek dan cipratan lumpur siap menerpa. Saatnya harus sering bersih-bersih motor. Setelah sekian lama mempertimbangkan akhirnya saya membeli sebuat Jet Washer atau istilah tepatnya adalah High Pressure Cleaner. Perangkat ini sederhanya adalah pompa yang mampu mengalirkan air dengan kecepatan tinggi, sehingga dapat merontokkan kotoran yang melekat pada kendaraan maupun pada obyek lain yang tahan semprotan air bertekanan (termasuk kisi-kisi AC atau bahkan kotoran pada lantai rumah).



Biasanya kendala pembelian alat ini di rumah tangga menengah ke bawah adalah konsumsi watt yang terbilang tinggi. Maka ketika ada jet washer portable dengan daya 500 watt, segera menjadi favorit banyak orang. Kebetulan di C4 jet washer ini dijual dengan merk Mcculloch (FH80E). Kadang jet washer ini di diskon sehingga stocknya cepat habis. Sayangnya saya membelinya ketika harganya sedang harga normal. Jet Washernya sendiri walau mengaku bermerk Mcculloch, build qualitynya agak kasar dan ketara sekali dibuat di China. Buku manualnya (yang wajib berbahasa Indonesia pun) kurang lengkap menjelaskan petunjuk perakitan sehingga misalnya untuk melakukan lock pada tangkai spray gun saya harus melalui trial & error. Untunglah karena sederhana jet washer bisa segera digunakan.

Hasilnya lumayan bagian yang sulit dijangkau jadi lebih mudah dibersihkan, hanya saja untuk kotoran yang sudah berkerak tetap harus digosok dengan tangan atau chamois. Mungkin shampoo motor yang digunakan juga akan berpengaruh yang jelas efektifitasnya masih dibawah steam yang memang pasti sanggup mengencerkan segala jenis kotoran. Pada saat menggunakan jet washer pastikan pasokan air dari keran cukup stabil dan hati-hati dalam menyetel kekuatan dan fokus semprot karena tekanan yang tinggi dapat mengakibatkan cedera atau menimbulkan kerusakan.