Sunday, September 14, 2008

Akhirnya Pake Speedy

Setelah sekian lama cuma bisa menganjurkan dan ikutan pake speedy gratis di kantor, sekarang saya pun ikutan pake speedy. Alasannya sepele ternyata telpon rumah yang dipake buat browsing tiap bulan tagihan nyaris 500 ribu melulu kadang malah lebih. Ye ini sih sama saja dengan pake speedy. Akhirnya saya pun telpon 147 dan minta di pasangkan speedy yang paket time based saja sebesar 200 ribu + ppn mungkin jadi sekitar 220 atau 230 ribu dan dapat jatah 50 jam. Enaknya adalah selama Agustus - Januari ini ada free dari jam 20.00 -08.00 pagi. Meski aneh aturannya karena harus login minimal jam 20.00 pas dan 08.00 pas harus logout tapi lumayanlah dari pada enggak sama sekali. Sayang sambungan remote di kantor lagi ngadat dan account rapidshare saya habis masa berlakunya. Nanti deh diperpanjang dan remote access di kantor dibenerin jadi bisa download sambil di remote dari rumah wah asyik pasti. Apalagi Starwars unleash sudah menunggu.

Wednesday, March 19, 2008

Bebek Laki: Genre baru motor Indonesia

Tahun 2008 ini sepertinya diawali oleh sejumlah rencana yang berbau spekulasi oleh produsen motor Jepang di Indonesia, yaitu rencana melahirkan motor bebek Laki. Motor Bebek Laki? Apaan tuh...? Sejujurnya sih itu istilah saya saja, melihat fenomena trend di kalangan produsen motor yang mengeluarkan jenis motor nanggung. Tadinya kan jenis motor yang dipasarkan di Indonesia agak jelas yaitu bisa di bagi tiga:

1. Motor Laki/Sports: Jenis mesin tegak, pake kopling, Tangki bensin diluar (tidak di bawah jok) bentuk besar, 1/2 telanjang (bila tanpa cover), dst.


2. Motor Unisex/Bebek: Jenis mesin tidur, non kopling (transmisi rotari), tangki bensin dalam ( di bawah jok), bentuk medium, bercover, dst.

3. Motor Skuter/Matik: Jenis mesin terintegrasi (dengan ban belakang), full matic, tangki bensin dalam, bentuk small, full cover, dst.

----to be continued---

Tuesday, January 15, 2008

Asus Eee, komputer jinjing ideal untuk pengguna Indonesia?

Manusia modern memang tidak pernah lepas dari dukungan teknologi. Terutama bagi mereka yang aktifitas sehari-harinya harus menggunakan perangkat komputer. Kini bukan lagi sebuah pemandangan yang asing jika di berbagai sudut Indonesia, banyak ditemukan orang-orang yang nyaris tidak bisa dipisahkan dari komputernya. Mulai dari perkantoran, sekolah, kafe, bahkan di tempat yang sebelumnya tidak terbayangkan akan ada seseorang yang sedang menggunakan komputer, misalnya seperti di toilet.

Maklum dengan alasan mobilitas dan efesiensi waktu seringkali seseorang terpaksa harus berkomputer dimana saja. Apalagi dengan adanya jaringan komunikasi yang memungkinkan orang terus menerus terhubungkan dengan internet. Tentunya dengan kelekatan terhadap komputer yang demikian tinggi dibutuhkan perangkat komputer mobile yang portable, durable, comfortable, namun memiliki harga yang sesuai dan kemudahan pakai (ease of use) yang tinggi. Sekilas kebutuhan seperti ini tentu dengan mudah dipenuhi oleh perangkat komputer jinjing seperti laptop, sehingga tak heran tingkat penjualannya dari hari ke hari semakin naik dan bukan tidak mungkin sudah melewati penjualan komputer berjenis desktop.

Sayangnya untuk model pengguna komputer mobile seperti saya komputer jenis laptop menjadi kurang sesuai. Buat saya pengalaman menggunakan komputer jinjing yang selama ini saya alami menjadi pengalaman menggunakan sesuatu yang membebani, rentan, kurang nyaman, harga yang cukup mahal, dan kesulitan penggunaan yang cukup tinggi. Mengapa demikian? Salah satu alasannya adalah karena lingkup pekerjaan saya yang sering berpindah tempat.

Sebagai pekerja kelas menengah dengan profesi desainer sekaligus pengajar, kebutuhan utama sebuah perangkat komputer bagi saya adalah kemampuannya untuk menjadi alat bantu presentasi. Komputer mobile yang saya miliki harus memiliki kapabilitas untuk menampilkan tayangan pada layar yang cukup nyaman dan sekaligus juga bisa ditampilkan ke layar dengan bantuan projector. Maka syarat bahwa komputer tersebut memiliki paling tidak satu VGA out port adalah mutlak. Software yang ada pada komputer tentu saja harus bisa menampilkan format presentasi populer tanpa masalah konversi yang berarti.

Syarat kedua adalah berat dan ukurannya cukup portabel sehingga ketika dimasukkan ke dalam tas tidak membebani lebih dari berat buku-buku yang biasa saya bawa. Hal ini berkaitan dengan moda transportasi yang saya gunakan ke tempat kerja yaitu sepeda motor dan transportasi publik seperti bus dan kereta. Ukuran dan berat yang berlebihan dari perangkat komputer yang saya bawa tentu akan sangat melelahkan ketika beraktifitas seharian dari pagi sampai sore.

Portabilitas tanpa durabilitas yang cukup adalah sesuatu yang aneh bagi perangkat mobile. Bagaimana rasanya membawa-bawa sebuah perangkat dalam perjalanan yang didalamnya memiliki resiko tinggi kerusakan data akibat guncangan seperti hard disk. Padahal harta paling berharga dalam semua perangkat mobile adalah data. Tentu akan sangat membuat frustrasi ketika prangkat yang hendak kita gunakan tiba-tiba tidak berfungsi lantaran penyimpan datanya tidak bisa diakses akibat rusak di perjalanan. Untuk itu kehadiran penyimpan data jenis solid state disk yang tahan guncangan mutlak dibutuhkan juga.

Berikutnya adalah faktor kenyamanan, meski saya telah terbiasa dengan pengetikan SMS melalui keypad handphone dan pernah mencoba penulisan dengan mode stylus di PDA, untuk pengetikkan dokumen belum ada yang dapat menggantikan fungsi keyboard. Pun juga fungsi display, saya selalu membutuhkan display yang cukup nyaman sehingga hasil pekerjaan masih bisa di baca langsung di layar dalam ukuran relatif normal tanpa terlalu banyak melakukan scroll.

Sedang faktor terakhir adalah nilai yang harus dibayar untuk mendapatkannya, boleh saja sebuah perangkat mobile mematok harga yang cukup tinggi karena alasan proses manufaktur yang mungkin tidak murah. Tetapi jika perangkat tersebut diarahkan sebagai produk masal yang maunya menggantikan fungsi perangkat statis maka akan sangat aneh bila harga yang harus dibayar masuk kedalam kategori premium. Buat saya yang masih bergaji dalam bentuk rupiah tentu kemampuan ekonominya masih jauh dari kategori premium, sehingga hanya sanggup membeli perangkat mobile yang harganya masih wajar.

Dengan persyaratan yang cukup berat seperti itu saya sendiri ragu apakah ada perangkat mobile yang dapat memenuhi kebutuhan saya? Lucunya peribahasa "Hati-hati dengan apa yang anda inginkan" seolah benar adanya. Di penghujung tahun 2007 tiba-tiba muncul kabar bahwa Asus akan meluncurkan produk komputer portabel baru. Uniknya bila perangkat mobile identik dengan harga premium produk yang dilabeli Asus Eee ini justru memilih harga ekonomis. Tentu seperti layaknya pengguna komputer yang sudah cukup punya pengalaman, saya bersikap skeptis. Jangan-jangan dibalik harganya yang ekonomis tersimpan sejumlah masalah atau paling tidak spesifikasinya tidak akan cukup gegas?

Ternyata dari spesifikasi yang beredar di Internet kekuatan hardware Asus Eee cukup mumpuni. Di dalam Asus EeePC 4G tertanam prosesor Intel Celeron 900 Mhz, 512MB RAM, 7" layar display, 4GB Solid State Disk Storage, Ethernet & WLAN, Kemampuan multimedia, dan sistem operasi customize. Rasanya dengan kisaran harga dibawah 4 juta rupiah (pada saat artikel ini dibuat) spesifikasinya masih cukup sebanding dengan laptop kelas entry level. Keistimewaannya tentu saja ada di portabilitas dan durabilitas yang melebihi laptop biasa. Benar-benar sebuah impian yang jadi kenyataan buat pengguna komputer mobile seperti saya.

Segera setelahnya saya menjadi tidak sabar untuk bisa mencoba Asus Eee ini. Kira-kira kapankah akan diluncurkan di Indonesia dan apakah segera tersedia di toko-toko? Bila dana yang saya miliki sudah cukup dan pengalaman pengguna real persisi seperti yang dirasakan para reviewer, pastilah saya tak ragu lagi untuk memilikinya. Sayang dari informasi yang saya dapatkan di Internet baik melalui forum, mailing list, maupun berbagai situs, akibat animo yang tinggi peluncuran Asus Eee masih bersifat terbatas bahkan untuk kebutuhan dalam kuantitas besar dianjurkan untuk melakukan pre-order terlebih dahulu. Jadi impian untuk memiliki
Asus Eee sementara ini masih harus saya simpan dulu.

Jadi apa yang akan saya lakukan bila saya memiliki Asus Eee? Sejumlah kriteria yang saya tuliskan di atas sudah siap menanti sebagai ujian. Jelasnya saya tak akan ragu untuk menggunakannya sebagai pendukung presentasi selama lima hari dalam seminggu. Saya akan membawanya keliling kota dengan sepeda motor dan transportasi publik untuk mencoba ketahanannya menghadapi ganasnya guncangan jalanan di Indonesia. Saya akan mengerjakan semua dokumen yang dibutuhkan mendadak untuk melihat kenyamanannya. Tapi ujian terberat yang akan dilalui tentu mencoba Asus Eee di tempat-tempat yang tidak biasa, berkomputer di toilet? Hmmm....