Tuesday, August 28, 2007

Mii Nintendo Wii

Akhirnya dengan segenap keberanian diri saya membeli Nintendo Wii. Dari pengalaman membeli console, ini adalah console termahal yang pernah saya beli. Bayangkan dengan harga resmi US$250 untuk versi US, di Jakarta wii harus ditebus dengan harga Rp 3,6 juta. Dengan kurs US$1 = Rp 9100 berarti wii di Jakarta berselisih Rp 1,325 jt. Walah untungnya banyak sekali, benarkah demikian? Oke kita tambahkan komponen-komponen biaya lain seperti biaya bea masuk yang konon sekitar US$ 50. Berarti tinggal Rp 870 ribu, dikurangi biaya modchip dan pemasangannya sekitar US$ 40. Sisanya tinggal Rp 506 ribu. Saya tak tahu berapa biaya pengapalan dari China (pabrik perakitan wii) dan taktik pengalihan logistik mungkin sekitar US$ 25 tinggal sekitar Rp 278,500.

Untung besar? Mungkin saja apalagi pada saat saya membeli ada 2 unit wii lainnya yang laku terjual, berarti hari itu si pedagang memperoleh keuntungan Rp 835,500. Tapi mengingat sulitnya memperoleh wii, bahkan di Jepang wii US di tawarkan seharga US$500 (wii Jepang sendiri berharga US$205 tanpa diberi wii sports), serta pengumuman dari George Harison (Nintendo USA) bahwa Nintendo tidak dapat memastikan supply wii bahkan untuk musim libur natal kali ini (yang di AS akan berlangsung sekitar 4 bulan lagi). Memiliki wii adalah satu 'keberuntungan'. Bayangkan pada saat libur sekolah kemarin bahkan harganya sempat naik sebesar Rp 200 ribu, dan tidak semua toko di Mangga Dua ketika saya survei memiliki stok wii. Beberapa toko video games yang memiliki outlet di mal bahkan menghargai wii US sebesar Rp 4 juta lebih. Lagi pula dibanding harus membeli wii langsung di singapore atau bahkan Hong Kong tentu lebih ekonomis apabila di beli di Jakarta.

Memang dibanding console seperti Playstasion 3 nasib wii lebih baik, disamping harganya lebih murah (saat ini harga playsation masih sekitar Rp 4-6 juta), wii bahkan diestimasi penjualannya tinggal berjarak 1 juta unit lagi dari penjualan xbox 360 yang sudah memimpin perang console karena diluncurkan lebih dulu. Untuk saya ada dua alasan kuat pembelian wii yaitu:

Mampu memberi pengalaman 'game play' yang berbeda dengan console lainnya yang cenderung biasa saja.

Wii sudah mampu dimodifikasi untuk memainkan game ehem...'kopian'.

Dua alasan inilah yang melatar belakangi kenekatan saya membeli wii, meski untuk itu mesti mengalihkan sejumlah anggaran dan mengurangi pengeluaran lainnya. Selain juga karena sudah terbawa mimpi. Sebenarnya ini pengalaman pertama saya membeli console dari nintendo, dua pengalaman sebelumnya selalu dengan produk Sony. Baik Sony Play Station (PSX) maupun Sony Playstation 2 (PS2). Lucunya console pertama saya (yang diberikan oleh famili dekat) merupakan clone Nintendo Entertainment System (NES), produk pertama 'console' nintendo.

Pengalaman soal game play sudah saya ceritakan bagian awalnya di artikel sebelumnya. Sekarang mari kita lebih dekat apakah wii mampu memberikan apa yang saya harapkan?

Wii yang saya miliki saya beli di toko video game dengan harga paling kompetitif di Jakarta. Dengan ditemani seorang rekan karena saya pergi ke sana menggunakan motor, (tahu sendiri kan kondisi parkir mobil di Mangga Dua) saya pergi ke toko yang terletak di bilangan Mangga Dua ITC. Lantai 2 Mangga Dua ITC sepertinya sudah dikenal sebagai sentra penjualan video game di Jakarta. Disana komunitas video game Jakarta sudah memiliki toko langganan yang meski kecil terbilang lengkap yaitu PSE. Meski sebagian besar toko-toko tersebut dikuasai oleh jaringan Sonic, dengan harga yang kompetitif PSE ternyata mampu bersaing dan tetap eksis hingga kini. Console sebelumnya pun saya pun saya beli di sana. Pada saat membeli saya juga membeli kontroler tambahan yaitu satu wiimote dan nunchuck-nya. Paket pembelian wii sendiri menyertakan satu wiimote dan nunchuck di dalamnya.




Walau ukuran wii terbilang kecil dibanding console generasi ke-7 lainnya, ternyata ukuran kemasannya cukup besar. Selain berisi Console wii, wiimote dan nunchuck, di dalamnya juga berisi kabel koneksi Audio-Video, Sensor bar IR, Adapter 110-120v
(karena AS menggunakan listrik 110v), vertical stand, DVD wii sports (hore akhirnya punya game asli lagi), dan buku manual yang sangat baik untuk sebuah produk elektronik masa kini. Mungkin di wii generasi berikutnya jika harga jualnya ingin ditekan, saya duga Nintendo akan mengurangi isi paket wii, misalnya mengganti vertical stand yang lumayan bagus dengan plastik murahan, mengganti buku manual dengan lembaran poster, dan tentu saja meniadakan wii sports yang mampu mengurangi harga sebsar US$ 45 (setara dengan Rp 409,500). Kesimpulannya kelengkapan wii dalam paket standar cukup lumayan.

Melakukan instalasi wii juga terbilang mudah karena konektornya di bedakan dari segi penampang, meski demikian sebenarnya saya lebih menyukai bentuk konektor standar seperti yang ada di perangkat elektronik pada umumnya. Instalasi yang terbilang cukup rumit malah ditemukan pada koneksi adaptor wii dengan adaptor AC (transformator) yang saya beli, karena konektor (prong) di AS sudah menggunakan standar pembeda supaya tidak terbalik memasangnya. Kelihatannya outlet pada adaptor AC yang saya beli kurang baik kualitasnya sehingga agak sulit masuk dan setelah masuk malah agak longgar jadi gampang lepas. Juga proses instalasi wiimote yang sudah menggunakan teknologi bluetooth, mungkin terbilang cukup rumit karena perlu di sinkronkan dengan consolenya. Untungnya baik penjual maupun manual sama-sama menjelaskan dengan baik prosesnya sehingga saya tidak kesulitan melakukannya.

To be Continued....