Sunday, September 16, 2007

Akhir Tak Pintar dari Sebuah Printer.

Tanpa diduga tanpa dikira printer kebanggaan yang cuma satu-satunya kepunyaan saya ngadat. Brengsek, maki saya dalam hati. Tidak ada waktu yang lebih pas lagi dari sekarang – saat keuangan sedang ketat- ya kok bisa-bisanya tiba-tiba printer saya jadi rusak. Semua barang memang ada saatnya akan jadi rusak tapi setidaknya untuk printer berharga hampir 3 juta, saya berharap umurnya lebih dari 3 tahun.

Printer saya, Canon i6100 memang belum benar-benar rusak sama sekali, dia masih bisa mencetak, cuma hasil cetakannya jauh dari sempurna. Setiap kali dicetak akan muncul semacam gap diantara jalur cetakan yang mestinya mulus. Parahnya gapnya bakal muncul semakin parah semakin sering kita mencetak. Buat desainer grafis seperti saya ini masalah besar, sebab printer jadi salah satu alat pendukung pekerjaan. Tidaklah mungkin saya membawa hasil cetakan dengan gap disana-sini sebagai presentasi buat klien.

Diagnosa awal saya gap pada hasil cetakan adalah akibat kerusakan pada head printer. Laiknya printer inkjet dengan head permanen biasanya seiring waktu headnya akan rusak. Umumnya kerusakan itu diakibatkan tinta yang mengering karena lama tidak digunakan atau tanki tinta kosong. Dan akibat suhu udara di Indonesia yang cukup tinggi penyakit tinta mengering yang mengakibatkan saluran tinta pada head kering agak sering ditemui. Lucunya tak ada satu pun produsen printer yang mencoba mengatasi ini, kecuali dengan saran untuk sering-sering mencetak. Yah seandainya harga satu ml tinta original tidak nyaris menyamai satu ml coco channel no 5!

Biasanya kerusakan pada head hanya bisa diatasi dengan pembelian head baru. Memang kalau belum terlalu parah ada saran untuk merendamnya di air hangat atau mengusapnya dengan amonia atau alkohol. Ya anda tidak salah baca amonia! Zat kimia berbau luar biasa itu sebenarnya jadi salah satu senyawa pembuat tinta tidak mengering. Anda bisa membuktikan ini jika tak lama setelah membasahi tangan dengan tinta printer mendekatkannya pada lubang hidung, aroma mirip-mirip hawa WC akan samar-samar tercium dari ujung jari. Jadi walaupun bau, amonia dapat menjadi penolong mujarab, sehingga kalau head printer inkjet anda mengering dan mekanisme pembersih tak lagi mumpuni anda bisa mencobanya.

Sayangnya tidak semua masalah ampuh dengan cara tersebut, begitu pula masalah pada i6100 saya. Sebab saya tidak yakin kerusakan kali ini hanya akibat tinta mengering. Selain karena saya selalu menggunakan tinta original, saya pun selalu mencetak setidaknya seminggu sekali. Lalu saya mencoba melakukan penggantian tinta dan melakukan head alignment. O..o..apa yang terjadi tes head alignment tak berhasil dengan tuntas, pada printer monitor muncul kode kerusakan 5100. Setelah 2-3 kali mencoba saya mulai khawatir kerusakan tampaknya lebih parah dari yang saya duga. Keesokan harinya sebelum menjatuhkan vonis akhir kerusakan, saya berhasil meminjam sebuah head printer setipe. Jika benar head yang rusak maka dengan trik diagnostik seperti ini kerusakan seharusnya dapat dengan mudah diketahui. Ternyata tidak error 5100 tetap muncul setiap kali head alignment dijalankan.

Penasaran saya mencoba mencari tahu apakah gerangan error 5100 ini? Pencarian saya di Internet tidak membuahkan hasil, kecuali bahwa error 5100 merupakan kode error yang umum muncul pada semua produk printer canon. Susahnya untuk tahu tepatnya kita harus memiliki service manual book-yang aslinya hanya diperuntukkan bagi teknisi-ada sih yang punya tapi tidak gratis saya harus membayar $9 lewat paypal untuk mendapatkannya.

Samar-samar dari berbagai forum di Internet, umumnya error 5100 berkaitan dengan kerusakan mekanis atau overheat. Kerusakan mekanis, apa itu? Untuk meredakan penasaran dan berbekal pengetahuan bongkar pasang printer-peringatan untuk DIYers diluar sana, membongkar printer tidak mudah! Printer anda sebagian besar terdiri dari plastik dan per yang mudah pecah dan mental kemana-mana. Kalau anda orang yang mudah gugup dan tidak sabar lebih baik tidak membongkar printer anda sendiri dan berikan pada yang lebih berpengalaman!-akhirnya saya beranikan membongkarnya. Berdasar pengalaman sebelumnya membongkar Stylus 400, kali ini saya lakukan semuanya dengan pelan-pelan dan hati-hati. Pembongkaran sukses saya lakukan. Namun apa yang saya temui tetaplah misteri, selain sisa semprotan tinta yang merembes kemana-mana di dalam printer-heran juga, kok tinta asli bisa nyiprat kemana-mana?- Juga ada ceceran elektrik grease yang mbleber di batang penahan keranjang head.

Mungkinkah kurangnya elektrik grease menyebabkan keranjang head aus sehingga tidak align lagi? Ataukah cipratan tinta yang menyebabkan salah satu sirkuit menjadi overheat? Tanpa skema dan service manual book sialan itu, percobaan diagnostik ini sungguh sia-sia. Kesimpulan saya akhirnya adalah, kerusakan mungkin terjadi akibat cipratan tinta yang berlebihan dan menyebabkan salah satu perangkat korslet atau menjadi panas. Headnya sendiri ketika saya ukur sensornya –melalui manual print reset-menunjukkan panas yang cukup berlebih. Apapun hasilnya perbaikan kelihatannya tak sesederhana mengganti head printernya, sebab ketika di cobakan di printer lain, head lama masih mampu bekerja dengan baik.

Saya tidak berminat memeriksakan printer ini pada bagian service ataupun mencoba mengganti perangkat yang rusak. Jika printer ini rusak dan memerlukan service tindakan terbijak hanyalah menjualnya sebagai suku cadang untuk kanibal atau menunggu hingga ada program trade-in. Ukurannya yang besar dan kebijakan bagian service produk perangkat elektronik di Indonesia –terutama printer-biasanya tidak menguntungkan konsumen. Jadi yang terbaik yang bisa saya lakukan sementara ini tetap menggunakannya bukan sebagai alat kerja utama lagi dan bersiap untuk membeli printer baru. Sialnya karena pembelian yang saya lakukan berbentuk cicilan tetap, cicilannya sendiri baru akan selesai pertengahan tahun depan sementara barangnya sudah tidak maksimal lagi. Ngomong-ngomong...er ini printer inkjet saya yang ke empat sejak tahun 1996. Kira-kira printer baru seperti apa yang harus saya beli?


No comments: